Rabu, 07 April 2010

penampilan baik

Poin yang saya maksud adalah nomor 8 (delapan): Paling benci dengan orang yang suka men-judge orang lain dari penampilannya.
Membaca poin tersebut saya jadi teringat dengan sebuah buku yang pernah saya baca. Buku itu sekarang sudah hilang entah kemana. Buku itu ditulis oleh Ust. Hafidz Abudurrahman, yang berjudul “METODE PENDIDIKAN RASULULLAH TELADAN
DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ISLAM BAGI PENDIDIK UMAT”.
Pada salah satu bab buku itu, beliau menyebutkan tentang kepribadian. Beliau menyebutkan bahwa: kepribadian seseorang tidaklah bisa diukur dengan performance, penampilan, atau harta. Misalnya saja, kita tidak bisa menilai seseorang itu baik atau tidaknya melalui penampilan. Tapi, jika kita ingin menilai seseorang, maka nilailah dari pola pikir dan pola sikapnya. Itulah makna dari kepribadian, yaitu pola pikir dan pola sikap.
Jika pola pikirnya baik, dan pola sikapnya baik, maka sudah tentu orang tersebut bisa kita katakan baik. Namun satu hal yang perlu ditekankan bahwa, baik menurut pandangan orang non muslim, tentu beda dengan ‘baik’ menurut pandangan kita selaku umat muslim.
Jika menurut ajaran islam meminum minuman keras itu tidak baik, haram, dan dilarang oleh aturan Islam, namun menurut non muslim bisa saja meminum miras itu bukanlah sesuatu yang buruk.
Tentunya kita sebagai muslim musti memilih label baik menurut ajaran islam, yaitu yang bersumber dari AlQur’an dan assunnah.
Back to topic tentang kepribadian. Seperti yang disebutkan mas Cosa bahwa beliau tidak menyukai orang yang menilai seseorang melalui penampilan, saya sangat setuju. Karena memang pada hakikatnya kita tidak bisa menilai orang dari penampilan.
Sebagai contoh, dulu waktu saya masih SMK, ada guru saya yang ketika jam istirahat, ngumpul bersama para siswa (termasuk saya). Beliau mengatakan bahwa dia bisa menilai orang dari garis telapak tangan. Misalnya saja ada orang yang garis tangannya begini, maka sifat orang tersebut adalah begini. Jika alur garis tangan seseorang begitu, maka kepribadiannya (sikap)nya akan begitu juga. Sama halnya seperti seseorang yang menilai seseorang dari cara berpakaian, cara berjalan, atau dari yang lainnya. Maka saya katakan itu tidak benar!
Saya sangat setuju dengan buku yang ditulis oleh Ust. Hafidz seperti yang saya sebutkan diatas: kepribadian seseorang hanya bisa diukur dari cara berfikir dan pola sikapnya. Kepribadian yang baik adalah kepribadian (pola pikir dan pola sikap) yang bersumber dari ajaran islam.

Namun ada satu hal yang menjadi catatan saya, yaitu: yang saya benci bukanlah orang yang memiliki kepribadian buruk, tapi yang saya benci adalah keburukan kepribadiannya. Contoh: jika seseorang berbohong kepada saya, maka semestinya yang saya benci bukanlah orang yang membohongi saya, tapi yang saya benci adalah sifat bohongnya itu. Agak sulit memang, tapi begitulah yang sedang saya usahakan, yaitu memiliki kepribadian yang baik.

Oke, ini sebagai catatan ringan saja. yang ingin bertanya, ingin mengkritisi, atau merespon/mengomentari, saya persilakan dengan hormat :) .

0 komentar:

Posting Komentar